Duduk di Lantai Jadi Hukuman Siswa SD, Apa Penyebabnya?

Fenomena Hukuman Siswa SD yang dihukum dengan cara duduk di lantai kembali mencuat dan menimbulkan pertanyaan. Praktik ini, yang dianggap kurang mendidik dan berpotensi menimbulkan dampak negatif, sayangnya masih ditemukan di beberapa lingkungan sekolah. Lantas, apa sebenarnya yang menyebabkan Hukuman Siswa SD semacam ini masih diterapkan?

Salah satu penyebab utama kemungkinan adalah kurangnya pemahaman guru mengenai metode disiplin positif. Beberapa pendidik mungkin masih terpaku pada cara-cara tradisional yang dianggap cepat dan mudah untuk mengatasi kenakalan siswa, tanpa mempertimbangkan efek jangka panjangnya terhadap psikologis anak. Keterbatasan pengetahuan tentang alternatif hukuman yang lebih konstruktif juga bisa menjadi faktor pendorong.

Selain itu, tekanan kurikulum yang padat dan jumlah siswa di kelas yang terlalu banyak dapat membuat guru merasa kewalahan dalam mengelola kelas. Dalam situasi seperti ini, hukuman duduk di lantai mungkin dianggap sebagai solusi praktis untuk menenangkan siswa yang dianggap mengganggu atau melanggar aturan, meskipun bersifat sementara dan tidak menyelesaikan akar masalah.

Faktor budaya dan kebiasaan di lingkungan sekolah tertentu juga bisa berperan. Jika hukuman duduk di lantai sudah menjadi tradisi yang turun-temurun, guru baru mungkin cenderung mengikuti praktik tersebut tanpa mempertanyakan efektivitas atau dampaknya. Kurangnya evaluasi dan refleksi terhadap metode disiplin yang diterapkan juga dapat melanggengkan praktik ini.

Namun, penting untuk disadari bahwa hukuman duduk di lantai dapat berdampak negatif pada siswa. Selain rasa malu dan tidak nyaman secara fisik, hukuman ini dapat merusak harga diri anak, menimbulkan rasa takut dan cemas terhadap sekolah, serta tidak efektif dalam mengajarkan perilaku yang benar. Siswa mungkin patuh saat dihukum, namun tidak memahami mengapa perilakunya salah dan bagaimana cara memperbaikinya.

Penting bagi pihak sekolah, dinas pendidikan, dan orang tua untuk bekerja sama dalam mendorong penerapan disiplin positif yang berfokus pada pemahaman, konsekuensi logis, dan membangun karakter siswa. Pelatihan bagi guru mengenai metode pengelolaan kelas yang efektif dan pendekatan disiplin yang lebih manusiawi menjadi krusial untuk menghentikan praktik hukuman yang kurang mendidik seperti duduk di lantai.