Medan, sebagai kota terbesar di Sumatera Utara, menyimpan sebuah permata sejarah yang tak lekang oleh waktu, yaitu Kesawan Square. Kawasan ini adalah cikal bakal peradaban modern Kota Medan, tempat bertemunya berbagai etnis, budaya, dan aktivitas ekonomi sejak era kolonial Belanda. Berlokasi strategis di Jalan Ahmad Yani, Kesawan bukan hanya sekadar deretan bangunan tua; ia adalah museum hidup yang menceritakan perjalanan panjang kota ini. Saat melangkahkan kaki di sini, pengunjung seolah ditarik mundur ke masa lampau, menyaksikan kemegahan arsitektur abad ke-19 dan awal abad ke-20 yang masih berdiri kokoh. Nilai sejarah dan budaya di kawasan ini sangat tinggi, menjadikannya salah satu tujuan utama bagi wisatawan yang ingin mendalami akar Kota Medan.
Daya tarik utama kawasan ini terletak pada arsitekturnya yang memadukan gaya kolonial Eropa dengan sentuhan Tionghoa dan Melayu. Salah satu bangunan ikonik yang menjadi penanda kawasan ini adalah Tjong A Fie Mansion, kediaman megah seorang tokoh etnis Tionghoa yang sangat berpengaruh dalam pembangunan Medan. Bangunan ini tidak hanya memamerkan kemewahan arsitektur campuran Tionghoa, Melayu, dan Art Deco, tetapi juga menyimpan kisah filantropi Tjong A Fie. Tepat di seberang kawasan Kesawan, berdiri pula Kantor Pos Besar Medan yang didirikan pada tahun 1911, sebuah contoh sempurna dari arsitektur Nieuwe Zakelijkheid yang mewah dan fungsional. Dokumentasi oleh Dinas Kebudayaan Kota Medan mencatat bahwa kawasan ini ditetapkan sebagai cagar budaya pada tanggal 12 Juni 1995 untuk menjaga keasliannya.
Selain kekayaan arsitektur, Kesawan Square juga terkenal sebagai pusat kuliner legendaris Kota Medan. Sejak dahulu, kawasan ini ramai dengan pedagang makanan yang menyajikan hidangan lintas etnis. Misalnya, ada rumah makan yang menyajikan Sate Padang old school yang sudah berdiri sejak tahun 1970-an, dan ada pula kedai kopi yang menyajikan Kopi Es Susu Vietnam yang populer sejak tahun 1998. Pada malam hari, kawasan ini berubah menjadi pasar malam kuliner yang sangat hidup, menawarkan pilihan mulai dari Nasi Goreng, Kwetiau Goreng, hingga kuliner Tionghoa halal. Puncak keramaian kuliner biasanya terjadi setiap malam Sabtu, di mana Jalan Ahmad Yani (di sekitar Kesawan) ditutup sementara mulai pukul 18.00 WIB hingga pukul 00.00 WIB, dengan izin keramaian dari Polrestabes Medan.
Keunikan lain dari kawasan Kota Lama ini adalah perannya sebagai pusat akulturasi budaya yang harmonis. Sejarah mencatat bahwa Kesawan merupakan kawasan Pecinan tertua di Medan, namun kehidupan sosialnya selalu berdampingan damai dengan etnis Melayu Deli, Batak, dan India. Hal ini tercermin dari lokasinya yang berdekatan dengan Istana Maimun yang merupakan ikon budaya Melayu, Masjid Raya Al Mashun yang bersejarah, dan Kampung Madras (Little India) yang hanya berjarak beberapa ratus meter. Integrasi budaya inilah yang menjadikan Kesawan Square memiliki karakter yang sangat khas dan berbeda dari kawasan kota lama lainnya di Indonesia.
Upaya pelestarian kawasan ini terus dilakukan oleh Pemerintah Kota Medan. Revitalisasi trotoar dan penerangan bernuansa klasik pada tahun 2021 bertujuan untuk meningkatkan kenyamanan pejalan kaki, sekaligus menonjolkan keindahan warisan kolonial yang ada. Bagi wisatawan, kunjungan ideal ke kawasan ini adalah pada hari kerja sekitar pukul 14.00 WIT, di mana lalu lintas tidak terlalu padat sehingga memungkinkan untuk mengamati detail arsitektur secara mendalam. Informasi dari Kantor Pengelola Cagar Budaya setempat (per data 25 Januari 2024) menyebutkan bahwa saat ini sedang diusulkan penambahan zona edukasi sejarah di beberapa gedung tua yang tidak lagi digunakan. Dengan segala pesona arsitektur, sejarah, dan kelezatan kulinernya, Kesawan benar-benar menawarkan pengalaman wisata yang lengkap dan berkesan.