Alam Semesta yang kita amati—bintang, planet, galaksi, dan semua materi biasa—ternyata hanyalah bagian kecil. Hanya sekitar 5% dari total isi kosmos yang dapat kita lihat dan ukur secara langsung. Sisa 95% lainnya didominasi oleh dua entitas tak kasat mata: materi gelap dan energi gelap. Misteri ini menjadi tantangan terbesar kosmologi modern.
Materi Gelap: Perekat Gravitasi Tak Terlihat
Materi gelap tidak memancarkan, menyerap, atau memantulkan cahaya atau radiasi elektromagnetik. Keberadaannya hanya diketahui dari efek gravitasi masifnya pada materi yang terlihat. Para ilmuwan pertama kali menduga kehadirannya saat mengamati kecepatan rotasi galaksi yang terlalu cepat untuk dijelaskan hanya oleh materi bintang.
Materi gelap diperkirakan menyusun sekitar 27% dari total massa-energi kosmos. Ia berfungsi sebagai perekat tak terlihat yang mencegah gugus galaksi terlepas. Sifat pasti partikel penyusunnya, seperti WIMPs (Weakly Interacting Massive Particles), masih menjadi subjek penelitian intensif di seluruh dunia.
Energi Gelap: Pendorong Ekspansi Kosmis
Jika materi gelap memberikan tarikan gravitasi, energi gelap bertindak sebaliknya. Ia adalah kekuatan misterius yang bertanggung jawab atas percepatan ekspansi Alam Semesta. Penemuannya pada akhir tahun 1990-an benar-benar mengejutkan komunitas ilmiah, karena sebelumnya diasumsikan ekspansi kosmos akan melambat seiring waktu.
Energi gelap adalah komponen yang paling mendominasi, diperkirakan menyumbang sekitar 68% dari total isi Alam Semesta. Energi gelap diduga melekat pada ruang itu sendiri. Seiring ruang mengembang, lebih banyak “ruang kosong” muncul, menghasilkan lebih banyak energi gelap, dan mempercepat perluasan lebih lanjut.
Mencari Jawaban di Balik Kegelapan
Baik materi gelap maupun energi gelap masih menjadi teka-teki. Penemuan mereka telah memaksa para ilmuwan untuk mempertanyakan pemahaman dasar tentang fisika. Memecahkan misteri komposisi tak terlihat ini adalah kunci untuk memahami nasib akhir dan evolusi Alam Semesta secara keseluruhan.
Para peneliti menggunakan teleskop canggih, seperti Observatorium Energi Gelap dan eksperimen bawah tanah, untuk mencari jejak langsung partikel gelap dan mengukur efek ekspansi. Setiap data baru membawa kita selangkah lebih dekat untuk mengungkap komposisi mayoritas Alam Semesta yang dominan ini.